Peternak Ayam Pejantan Milenial Wagir Capai Omzet Rp 60 Juta Setiap Panen

Reporter

Tubagus Achmad

Editor

Dede Nana

15 - Feb - 2025, 07:27

Peternak ayam pejantan sekaligus owner peternakan ayam Pitikology yakni Afrijal Mahkbub Efendi saat ditemui di kandang ayam pejantannya di Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jumat (7/2/2025). (Foto: Tubagus Achmad/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Beternak ayam bagi sebagian pemuda atau kaum milenial mungkin merupakan salah satu hal tabu. Tetapi tidak bagi Afrijal Mahkbub Efendi (30) yang beternak ayam pejantan di belakang kediamannya di Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. 

Afrijal merupakan alumnus Teknologi Industri Pertanian (TIP) FTP Universitas Brawijaya (UB) angkatan 2012 yang saat ini sedang menekuni beternak ayam pejantan secara mandiri melalui unit usaha bernama Pitikology yang bergerak di bidang pembesaran ayam pejantan. 

Baca Juga : Program Kredit Sejahtera Diperketat, Debitur Telat Bayar Cicilan Kena Denda 10 Persen

Setidaknya, sejak merintis usaha beternak ayam pejantan di bulan Oktober 2023, Afrijal secara konsisten mengembangkan usahanya ini. Bermula dari beberapa ayam pejantan saja, hingga kini Afrijal sudah berproses membesarkan 2.000 ayam pejantan di kandang miliknya. Di mana untuk bibit ayam pejantan dibeli dari Desa Slamparejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. 

Dengan beternak ayam pejantan ini, Afrijal bisa mendapatkan omzet Rp 60 juta dalam setiap kali panen. Di mana untuk ayam pejantan yang dibudidayakan oleh Afrijal sudah bisa dipanen ketika berusia 60 hari. Di mana pada usia 60 hari, biasanya ayam pejantan yang dibudidayakan Afrijal sudah memiliki berat satu kilogram. 

"Ada tengkulak tertentu yang mau mengambil saat beratnya satu kilogram. Tapi, ada juga yang mau mengambil ayam saat memiliki berat 7 ons atau 8 ons," ungkap Afrijal kepada JatimTIMES.com. 

Pihaknya mengaku, untuk pemasaran dari ayam pejantan yang dibudidayakannya masih di sekitar kediamannya. Karena ketika akan dipasarkan di wilayah luar Kabupaten Malang, sudah habis dibeli oleh masyarakat di sekitar kediamannya. Namun, dirinya juga sudah mulai menyasar pasar online untuk memperluas pemasaran ayam pejantan yang dibudidayakannya.

"Untuk ayamnya dijual saat masih hidup. Satu kilogramnya  seharga Rp 32 sampai 34 ribu. Sedangkan untuk omzetnya tergantung kapasitas. Untuk 2.000 ayam ini dua bulan sekitar Rp 60 juta. Dari omzet itu dikurangi cost (biaya) produksi dan untuk pakannya pakai pakan jadi," jelas Afrijal. 

Lebih lanjut, pihaknya juga menjelaskan, bahwa ayam pejantan yang dibudidayakan memiliki kualitas yang lebih bagus daripada ayam broiler. Ayam pejantan yang dibudidayakan lebih rendah lemak dan kalori serta tinggi protein jika dibandingkan dengan ayam broiler. 

"Untuk tekstur daging ayam pejantan yang saya budidayakan ini memiliki kemiripan seperti ayam kampung," kata Afrijal.

Baca Juga : Kreatif, Ornamen Rumah Adat Hiasi Lapak Pedagang Pasar Induk Kota Batu

Selain itu, untuk perawatan ayam pejantan di Pitikology juga cenderung bersih dan tidak menimbulkan bau meskipun berdekatan dengan pemukiman. Pasalnya, dengan kandang berukuran 12 meter kali 14 meter membuat 2.000 ayam yang dibudidayakan menjadi lebih sehat. 

"Terlebih lagi, saya menggunakan campuran asam sitrat untuk pakannya. Makanya untuk kotorannya tidak terlalu bau dan kandangnya cenderung lebih bersih," jelas Afrijal. 

Sementara itu, dengan capaiannya sebagai peternak ayam pejantan milenial, Afrijal juga tergabung dalam Program Youth Enterpreneurship and Employment and Support Services atau YESS dari Kementerian Pertanian RI dan International Fund for Agricultural Development atau IFAD. 

"Ini saya sejak awal murni mandiri. Untuk ilmunya saya belajar dari teman-teman. Sedangkan untuk masuk di program YESS Kementerian Pertanian RI itu umum lebih ke wirausahawan muda di bidang pertanian," pungkas Afrijal.