Kisah Roro Oyi: Cermin Kekejaman Raja Kesultanan Mataram yang Kejam  

Reporter

Binti Nikmatur

Editor

Dede Nana

23 - Jun - 2023, 07:24

Makam Roro Oyi di Banyusumurup, Girirejo, Imogiri. (Foto: TribunYogya)

JATIMTIMES - Kisah Roro Oyi adalah cuilan sejarah pemerintahan Amangkurat I yang memilukan. Sekaligus menjadi cermin kekejaman raja Mataram era 1645 hingga 1677 itu. Kisah Roro Oyi ini mewarnai banyak cerita tutur dan babad. Data faktual sejarah yang umumnya berasal dari catatan dan laporan Belanda hanya menuliskannya samar-samar. 

Kisah Roro Oyi kerap dihubungkan dengan Pangeran Pekik. Namun, menurut peneliti sejarah Mataram Hj De Graaf, ada kekeliruan serius mengaitkan Pangeran Pekik dengan kisah Roro Oyi. Sebab, Pangeran Pekik disebutkan telah dieksekusi mati pada kisaran 1659 oleh Sunan Amangkurat I. 

Baca Juga : Dies Natalis Ke-26 Prodi Sastra Inggris Unikama Usung Tema Inspiration from Literature

Dari data yang ditelaah De Graaf berdasar laporan tertulis Belanda itu, Pangeran Pekik dan keluarganya merupakan orang-orang yang dikuburkan di Banyusumurup saat awal-awal dipilih sebagai lokasi makam para terhukum. Baru kemudian menyusul Roro Oyi, yang memang punya hubungan sejarah atau mungkin kekerabatan dengan Pangeran Pekik itu.

Kisah tragis Roro Oyi bermula saat Amangkurat I yang berselimut duka akibat ditinggal Kanjeng Ratu Malang meminta dicarikan gadis yang bisa menggantikan sosok istri dalang Panjang Mas itu. 

Lantas dua mantri kapendhak, Noyotruno dan Yudakarti ditugasi mencari pengganti sosok istri Amangkurat I. Petunjuknya, sosok tersebut harus berasal dari daerah dengan air sumurnya yang wangi. Dan bertemulah Roro Oyi di tepi Kali Mas Surabaya. 

Roro Oyi adalah perawan cantik jelita tak berdosa yang kebetulan disukai raja Amangkurat I. Namun anak raja Raden Mas Rahmat alias Adipati Anom menelikung ayahnya. Raden Mas Rahmat merebut Roro Oyi dari Amangkurat I. Itulah yang membuat Amangkurat I murka dan mengakhiri hidup Roro Ayu dalam kisah yang dramatis, menyedihkan dan sulit dianalisis oleh nalar. 

Amangkurat 1 adalah raja Mataram keempat menggantikan Sultan Agung Hanyokro Kusumo. Ia dinobatkan sebagai raja begitu Sultan Agung tutup usia pada tahun 1645. Amangkurat I menikah dengan Putri Pangeran Pekik dari Surabaya yang kemudian menjadi permaisuri dan melahirkan putra mahkota Adipati Anom alias Raden Mas Rahmat. 

Selama pemerintahannya, ia menampilkan diri sebagai raja yang kejam. Tak hanya kepada para lawan politiknya, tapi juga kepada siapapun yang membuatnya kecewa. Bahkan untuk urusan wanita, dia juga tak pandang bulu. 

Kisah Ratu Malang adalah salah satunya. Karena kematian Ratu Malang yang merupakan selir kesayangannya, ia memerintahkan semua selir yang jumlahnya 43 dibunuh karena dicurigai meracuni Ratu Malang. 

Kekejaman Amangkurat I lainnya yang tak kalah mengerikan menyangkut Roro Oyi. Perawan cantik yang semula dipinang selir raja, kemudian hidupnya berakhir atas titah raja. Kisah pilu yang sekaligus menjadi salah satu sisi gelap Amangkurat I ini terjadi di era 1650-an. 

Ternyata Roro Ayu adalah putri Menteri Pangeran Pekik, I Mangunjaya. Menurutnya tidak ada wanita yang secantik putrinya di daerah itu. Maka I Mangunjaya dan istrinya datanglah ke Amangkurat I. 

Sesampainya di Keraton Pleret tempat Kerajaan Amangkurat 1, I Mangunjaya dan istri serta diterima rakyat. Amangkurat 1 langsung jatuh cinta kepada Rasul dan menerima persembahan itu dengan senang hati. 

Namun Roro Oyi yang belum akil baligh dan masih kecil, Amangkurat 1 kemudian menitipkan Roro Oyi kepada pejabatnya untuk dirawat. Kelak jika sudah dewasa dan Aqil Baligh baru diserahkan kepada Amangkurat 1. 

Entah ada hubungannya dengan kehadiran Roro Oyi atau tidak, tiba-tiba Amangkurat 1 meminta putra mahkota pewaris tahta, Adipati Anom alias Raden Mas Rahmat untuk segera mengakhiri masa lajangnya dan menikah dengan Putri Adipati Cirebon. Namun Mas Rahmat rupanya tak suka dengan Putri Adipati Cirebon. 

Baca Juga : Analisa Dampak Lalu Lintas belum Beres Hambat Launching Mie Gacoan Sawojajar

Suatu hari Raden Mas Rahmat mampir ke rumah Ngabei Wiraraja. Betapa kagetnya dia, saat melihat perawan cantik sedang membatik bersama istri Wiraraja. Raden Mas Rahmat langsung jatuh hati, dialah Roro Oyi yang sudah dewasa dan makin kelihatan keanggunan dan kecantikannya. 

Raden Mas Rahmat lalu bertanya kepada Wiraraja, apakah itu adalah putrinya dan ia siap menjadikannya sebagai istri. Wirareja pun menceritkan bahwa gadis Roro Ayu adalah calon selir simpanan ayahandanya, Amangkurat 1. Maka dengan terpaksa Wiraraja menolak lamaran Raden Mas Rahmat. Apalagi Roro Oyi juga sudah akil baligh dan sudah saatnya segera diserahkan kepada Amangkurat I.

Raden Mas Rahmat pun kecewa berat ia langsung pulang dan mengurung diri di kamar. Bahkan ia tak mau makan berhari-hari hingga mengancam akan bunuh diri. Para hamba langsung melaporkan keadaan ini kepada Pangeran Purbaya yang begitu menyayangi pangeran muda. Dalam silsilah Mataram, Pangeran Purbaya ini adalah kakak Sultan Agung, yang artinya paman dari Amangkurat I. 

Pangeran Purabaya pun mendatangi Wirareja dan meminta agar Roro Oyi dinikahkan dengan Raden Mas Rahmat. Pangeran Purabaya pun bersedia menanggung semua akibatnya jika ada kemarahan dari Amangkurat I. Lantas Roro Oyi pun diserahkan dan dibawa ke kadipaten dan akhirnya digauli Raden Mas Rahmat. 

Akhirnya kabar tersebut diketahui Amangkurat I. Menurut Babad Tanah Jawi, Amangkurat I memerintahkan semua pihak yang terlibat dalam "penyerahan" Roro Oyi dihukum mati tanpa pandang bulu. 

Ngabei Wirorejo berikut anggota keluarganya dibuang ke Ponorogo, namun semuanya dihabisi di tengah perjalanan. Tidak ditemukan data tentang apa hukuman untuk Pangeran Purbaya dan keluarganya. 

Hanya saja data sejarah mencatat Pangeran Purbaya yang sudah uzur tewas dalam pertempuran di Gegodog pada 13 Oktober 1676, saat menghadapi serangan Trunojoyo. Korban jiwa aksi pemusnahan massal akibat skandal Roro Oyi ini ada yang menyebut 40 hingga 60 jiwa. Roro Oyi akhirnya terpaksa dibunuh oleh tangan putra mahkota, atas perintah ayahnya. 

Amangkurat 1 memanggil Raden Mas Rahmat dan memarahinya, ia meminta Raden Mas Rahmat agar membunuh istrinya atau kehilangan hak sebagai pewaris tahta. Pilihan yang membuat Raden Mas Rahmat dalam dilema besar. Jika mempertahankan, akan kehilangan status putra mahkota dan belum tentu selamat, mengingat sifat ayahnya yang kejam dan pendendam. 

Kemudian dengan terpaksa Raden Mas Rahmat memilih keputusan sangat berat yakni mengikuti perintah ayahandanya membunuh orang yang sangat ia cintai yakni Roro Oyi. Peristiwa ini dikisahkan sangat mengharukan dan dramatis.

Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Mas Rahmat kemudian memangku Roro Oyi dalam kepedihan dan kepiluan. Kemudian terpaksa menusukkan keris ke perut Roro Oyi, hingga tewas. Dalam kepedihan yang mendalam, Raden Mas Rahmat kemudian diusir dari puro dan tempat tinggalnya dibakar habis.