Empat Kelakuan Nyeleneh Waliyullah Habib Syaikhon

Reporter

Imarotul Izzah

Editor

Yunan Helmy

18 - Jan - 2019, 03:50

Wan Sehan/Habib Syaikhon ketika melumuri wajahnya dengan oli. (foto: dutaislam.com)

Masih ingat dengan Wali Jadzb Habib Syechan Al Bahar atau Habib Syaikhon bin Mustofha Al-Bahar atau lebih dikenal dengan Wan Sehan? Ya, Wan Sehan merupakan waliyullah majdub yang ada di tanah Jawa. Untuk diketahui, wali majdub merupakan salah satu tingkatan wali yang memiliki sifat jadzb.

Istilah jadzb ini mungkin bagi sebagian orang awam yang belum mengetahui dunia atau ilmu tasawuf masihlah sangat asing terdengar. Sifat jadzb dalam kehidupan sehari-hari boleh dikatakan sebagai sifat yang nyeleneh yang terkadang cenderung seperti orang yang kehilangan akal sehatnya.

Wan Sehan merupakan seorang yang sering sekali disebut-sebut oleh para ulama dan para habib sebagai waliyullah yang jadzb (nyeleneh). Dia sering menghilang jika sudah karamahnya terlihat di suatu tempat. Karamah adalah suatu kejadian yang luar biasa di luar nalar dan kemampuan manusia awam yang terjadi pada diri seorang wali Allah.

Wan Sehan sangat susah dicari karena sering berpindah-pindah tempat dengan cepat. Bahkan Al Habib Umar bin Hafidz (ulama Yaman) terkadang di sela asyiknya mengajar santri di Tarim, Yaman, sering berkata, "Kita kedatangan seorang Waliyullah Wan Syechan, Tapi tidak terlihat oleh para jamaah."

Itu adalah satu dari banyak karamah Wan Sehan. Berikut ini beberapa kisah karamah beliau  yang dilansir dari kabarsantri.id.

1. Kisah Jadzb 1

Suatu ketika sebut saja si A, bersama jamaah lain, berangkat ke acara maulid nabi. Ia kemudian bertemu Habib Syaikhon dan menyapa Sang Habib: “Habib, ayo kita ke maulidan nanti kemalaman."

Habib Syaikhon menjawab sambil marah-marah, ”Sudah sana berangkat! Heh Kiai. Ente aja duluan! Nanti ane nyusul. Berisik aja lo!”

Tapi betapa kagetnya si A begitu tiba di majelis. Entah lewat mana, Habib Syaikhon sudah berada di deretan jamaah terdepan bersama para habib dan ulama lainnya.

Si A hanya senyum dan geleng-geleng kepala. Kemudian Sang Habib menyalami para jemaah sambil memeluknya dan berkata, "Ahlan wa sahlan hehehe. Barokah afwan. Ane sampe duluan ente belakangan. Semuanya ayo, mari tafadhol.”

Setelah selesai acara doa dan hidangan keluar, keunikan terjadi lagi. Semua hidangan yang ada diacak-acak oleh Wan Sehan. Semua makanan dicomotnya. Yang belum tahu siapa Wan Sehan  hanya bisa tercengang campur kaget.

Si A sempat memberi tahu kepada mereka agar membiarkan tingkah Wan Sehan. Para ulama dan habib yang hadir saat itu juga hanya bisa tersenyum. Lalu Habib Syaikhon berdoa komat-kamit dan terdengar, “Barakallah. Insya Allah."

2. Kisah Jadzb 2

Di waktu azan Magrib berkumandang, tepat di depan musala, Habib Syaikhon membawa gitar dan teriak-teriak di saat jamaah akan melangsungkan salat Magrib. Tentu saja hal ini membuat marah sang marbot musala. Dengan lantangnya, sang marbot mencaci maki Habib Syaikhon habis-habisan.

Tiba-tiba Habib Syaikhon menjepit leher marbot tersebut dan dibenamkan ke dalam ketiaknya. Setelah itu, sang marbot menangis sambil mengatakan, ”Saya lihat Masjidil Haram di Makkah. Saya lihat Baitullah dan Kakbah di Makkah." Akhirnya si marbot segera meminta maaf kepada Habib Syaikhon.

3. Kisah Jadzb 3

Ada satu rumah dari seorang keluarga miskin  didatangi oleh Habib Syaikhon. Tanpa permisi ia langsung nyelonong masuk ke rumah. Beliau langsung menyantap makanan yang ada di meja makannya.

Sang tuan rumah hanya bisa melongo tanpa berkata apa pun. Setelah selesai menyantapnya, sang habib pun pamit sambil berkata. “Terima kasih ya. Assalamualaikum.”

Ajaibnya, tak berapa lama kemudian si keluarga miskin pedagang kecil itu mendapatkan rezeki yang tak disangka-sangka dan kini mereka menjadi pedagang besar dan kaya-raya.

Menurut segelintir orang yang paham artinya, jika seandainya tuan rumah tadi marah-marah dan tak terima, maka dia tidak akan bisa menjadi orang kaya-raya seperti sekarang.

4. Kisah Jadzb 4

Suatu hari ada seorang tukang es cendol di Madrasah Al Wathoniah Klender, Jakarta Timur. Esnya diambil segelas tanpa permisi dan tanpa dibayar oleh Habib Syaikhon. Si tukang es hanya geleng-geleng kepala tanpa berkomentar.

Sempat dia ingin mau marah kepada sang habib. Namun diberi pengertian oleh satpam yang mengenal sang habib itu. Si tukang es hanya bisa diam. 

Begitu selesai, tak berapa lama setelah sang habib pergi, sekelompok orang entah dari mana memborong semua es cendolnya dengan bayaran yang lebih hingga dia tidak perlu lagi berjualan sampai larut malam.

Menurut seorang kerabat beliau bernama Sania Ibrahim, untuk dapat bertemu dengan Habib Syaikhon mudah saja asalkan punya niat yang baik untuk bersilaturahmi. Habib Syaikhon sering berpindah-pindah tempat. Kadang ada di makam ayahnya di Masjid Baidho di Lubang Buaya Jakarta Timur, kadang ada di Gang Nangka Bintara 3. Dan, hanya orang-orang sholeh yang punya niat baik yang dapat berjumpa dengan Wan Sehan.