Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Opini

Resolusi 2016: Kebangkitan Sepak Bola dan Impian Juara

Penulis : Heri Kiswanto - Editor : Redaksi

04 - Jan - 2016, 10:52

Heri Kiswanto, Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Heri Kiswanto, Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Oleh: Heri Kiswanto*  

OBROLAN menyangkut olahraga, memang tak akan ada habisnya. Hingga wacana PSSI yang terkena sanksi FIFA. Dengan menjadi perbincangan hangat publik, jelas banyak persoalan dalam dunia sepakbola. Terparah, tidak digubris sebagai suatu hal urgent dan menyangkut kepentingan semua pihak, terlebih masyarakat, pecinta sepak bola dan terkait penghasilan pemain yang kini menganggur.

Kisruh dan kepentingan yang menghiasi persepakbolaan nasional, memaksa sepakbola dalam negeri merosot tajam dari segi prestasi, ranking dan ketidakpastian kompetisi. Bahkan isu mafia bola dan pengaturan skor menjadi biang keladi kisruh yang seakan menjadi buntut panjang antara Kemenpora dan PSSI. Sebab, pihak Kemenpora dirasa terlalu mengintervensi dan menyalahi aturan.

Awal terbongkarnya skandal sepak bola gajah yang mempertemukan Tim PSS Sleman melawan PSIS Semarang, kian menambah buram kondisi olahraga yang paling banyak digemari kaum pria dan wanita ini.

Bahkan pihak yang terlibat diganjar hukuman larangan tampil seumur hidup di persepakbolaan nasional baik pemain, ofisial dan pelatih. 

Ditambah belum adanya raihan prestasi senakin menyulut pesimis dan antusiasme masyarakat yang berharap "tim garuda" dapat tampil untuk memenangkan pertandingan yang dijalani. Termasuk mampu merebut gelar juara Piala AFF (dahulu bernama Tiger Cup) untuk kali pertama dapat diwujudkan.

Kemenpora vs PSSI

 

Lahirnya dualisme kompetisi tandingan antara IPL (Indonesia Primer League) dan ISL (Indonesia Super League) yang dibuat pihak tak bertanggung jawab. Sampai pembaruan regulasi Liga dan lobi. Menemui jalan panjang menuju perbaikan kompetisi olahraga ini beberapa tahun terakhir.

Apalagi tuntutan publik yang menyarankan Ketua umum PSSI pasca konflik dualisme Djohar Arifin Husin untuk mundur, dirasa bakal berakhir baik justru menambah aroma persaingan internal dan eksternal PSSI bertambah panas.

Sebenarnya publik sudah lelah menyaksikan kegaduhan sang pemangku kebijakan dan federasi sepak bola nasional, yakni antara Kemenpora melawan PSSI yang baru saja dinahkodai La Nyalla pada Kongres di Surabaya terulang lagi. 

Permasalahan yang terjadi, seakan tiada ujung penyelesaian yang pasti. Memanasnya perang kedua pihak mengakibatkan supporter pecinta bola tanah air terkena dampak untuk tidak dapat menyaksikan laga pertandingan Tim nasional hampir setahun ini.

Karena suspend dari FIFA sedang dialami PSSI. Yang di awali ketika Menpora mengirimkan SK (Surat Keputusan) pembekuan terhadap PSSI ketika Kongres Luar Biasa sedang diadakan.

Pembentukan Tim transisi yang dihandel oleh Badan Olahraga Profesional Indonesia atau (BOPI), semakin memperberat langkah reformasi di tubuh sepak bola nasional mengalami jalan buntu akibat pihak berkepentingan tak satupun mengalah.

Pada akhirnya, beberapa turnamen lokal dengan peserta klub Liga Indonesia digelar secara kontinyu. Di antaranya, Piala Presiden, Piala Kemerdekaan dan Piala Jendral Sudirman yang menjadi alternatif atas berhentinya kompetisi QNB League (Indonesia Super League) saat ini.

Garuda Muda

 

Dibalik itu sejarah panjang keikutsertaan tim nasional Indonesia dalam mengikuti kejuaraan internasional masih belum ditunjang dengan raihan prestasi gemilang tim garuda tak membuat patah semangat supporter garuda mania, meskipun prestasi dan torehan lima tahun terakhir, hanya sampai pada partai final Piala AFF 2010, Sea Games 2011 serta 2013 di Myanmar.

Selain dimainkan di berbagai ajang dan even bergengsi seperti Olimpiade, sepak bola juga berlaku pada ajang Asian Games 2018 yang akan bertempat di Jakarta dan Palembang. Pesta empat tahunan tersebut, harusnya disambut baik semua pihak dengan segera mengakhiri kisruh yang melanda struktur sepakbola tanah air. 

Capaian olahraga setingkat Asian Games yang menjadi pelipur lara lain nampak pada penampilan baik Tim nasional muda pada ajang Islamic Solidarity Games di Palembang 2013 lalu, sebab mampu mengalahkan Tim nasional Turki lewat adu penalti di babak semifinal dan meraih medali perak cabang sepakbola setelah dikalahkan Tim nasional Maroko. 

Sementara tim nasional U-19 yang diharapkan jadi generasi emas di bawah kepemimpinan pelatih Indra Sjafri. Berhasil mengangkat Trofi Piala AFF U-19 tahun 2013 lalu di Sidoarjo dan mengalahkan Tim Korsel U-19, serta sukses menghidupkan lagi semangat publik yang sempat redup akibat kerinduan gelar juara.

Tragedi Sepak Bola

Disisi lain, pengaruh negatif berhentinya kompetisi berimpas pada penghidupan dan pendapatan pemain nasional. Tak jarang mereka beralih profesi, mulai dari berjualan pakaian, buka warung serta mengikuti kompetisi amatir Liga Tarkam (tarikan kampung). Bahkan ada pula yang depresi berat akibat terhentinya kompetisi, hingga rela mengamen di jalan raya.

Kehidupan pemain nasional yang tak sejalan dengan keinginan dan profesinya. Mendapat perhatian khusus Komnas HAM (Hak Asasi Manusia) yang menganggap PSSI dan Kemenpora telah melanggar hak asasi pemain profesional di Indonesia dengan tidak memenuhi haknya sebagai pelaku olahraga dan warga negara yang memiliki kewajiban menafkahi keluarga.

Akhirnya niat baik dari induk sepakbola dunia (FIFA) yang mengajak Pemerintah dan PSSI untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan, terwadahi oleh kedatangan delegasi FIFA yang dijamu langsung oleh Presiden RI. Tujuan respons FIFA, setelah melihat permasalahan skandal dan pengaturan skor terjadi. 

Pertemuan tersebut akhirnya menghasilkan rumusan pembentukan tim kecil yang akan diisi elemen masyarakat meliputi pengamat sepak bola, supporter dan jurnalis, untuk melakukan perbaikan di tubuh PSSI dalam waktu secepatnya seperti seruan FIFA.

Sebagai masyarakat pecinta sepak bola pada umumnya, harapan supaya berlangsungnya regenerasi sepak bola dan reformasi kepengurusan sepak bola nasional dapat menambah kepercayaan publik kembali menyala. Tentu dibarengi usaha dan upaya mengembalikan masa depan prestasi Tim nasional dengan cara maupun solusi terbaik. (*)

*Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia


Topik

Opini Opini Heri-Kiswanto


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Heri Kiswanto

Editor

Redaksi