MALANGTIMES - Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang Supriyono harus menjalani operasi gara-gara hidungnya patah. Dia menjadi korban pemukulan oleh Dwi, yang disebut-sebut sebagai PNS di Universitas Negeri Malang.
Kasus pemukulan itu terjadi Sabtu (16/12/2017) akibat adanya kesalahpahaman. Awalnya, Supriyono melaksanalam salat Asar berjamaah sekaligus menjadi Imam di Musala Al-Hidayah, Dusun Klandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Baca Juga : Viral Video Warga Beri Semangat kepada Pasien Positif Covid-19
Usai melaksanakan salat, Supriyono pulang ke rumahnya di Perumahan Graha Tirta Asri. Sesampai di perumahan, Supriyono mendapat informasi bahwa lampu perumahan sedang padam. Dia lalu menginfokan masalah lampu padam itu kepada Dwi, tetangganya.
Ketika menyampaikan info tersebut, entah karena salah paham atau salah menangkap info, Dwi marah dan mengeluarkan kata-kata kasar. Dia langsung memukul wajah Supriyono.
Akibat pemukulan tu,Supriyono mengalami patah hidung dan mengeluarkan banyak darah. Peristiwa itu hanya disaksikan oleh ibu-ibu.
Akhirnya, warga melapor kepada Ketua RT 01 RW 09 Klandungan Pardi sekaligus melarikan korban ke RS UMM. Dalam visum dokter, tulang hidung Supriyono patah dan harus dioperasi. Namun, karena dokter jaga di RS UMM tidak siap, Supriyono dirujuk ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA). Perkiraan dokter, operasi itu menghabiskan biaya Rp 10 juta.
Sementara itu, Kapolsek Dau Kompol Endro Sujiat saat dikonfirmasi MalangTIMES membenarkan adanya kejadian pemukulan di Klandungan. Namun, sampai saat ini, belum ada laporan resmi yang masuk dari korban.
Baca Juga : Mokong Keluyuran Malam Hari, Warga Jalani Rapid Test Covid-19 di Tempat
"Iya benar. Tapi laporannya belum masuk ke kami. Mungkin korban belum sanggup diperiksa karena habis pulang dari rumah sakit," kata Endro.
Informasinya, Supriyono akan melapor ke Polsek Dau, Senin 18 Desember. (*)