Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Maestro Tari Indonesia: Menari itu Jiwanya Ditujukan untuk Tuhan

Penulis : Imam Syafii - Editor : Lazuardi Firdaus

20 - Sep - 2017, 12:01

Maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok memberikan edukasi kepada peserta lomba cipta tari khas Gunung Kawi. (foto : Imam Syafii/MalangTIMES)
Maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok memberikan edukasi kepada peserta lomba cipta tari khas Gunung Kawi. (foto : Imam Syafii/MalangTIMES)

MALANGTIMES -  Maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok berbagi ilmu kesenian tari kepada generasi penari, khususnya Malang, di acara sarasehan Gumebyar Pesona Gunung Kawi 2017, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Selasa (19/9/2017) malam.

Pria kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, itu memberikan pembekalan, motivasi dan semangat untuk mencetak seniman tari yang andal dan profesional.  Didik menceritakan lika-liku kehidupan bidang seninya kepada peserta lomba cipta tari khas Gunug Kawi yang mayoritas dari kalangan pelajar itu.

Baca Juga : Peduli Covid-19, Hawai Grup Sumbang Ratusan APD ke Pemkot Malang

“Menari itu harus menjiwai, memakai rasa, memiliki kesan. Artinya kita membawakan sebuah tarian yang menggambarkan karakter itu sehingga orang melihat kita menari sangat terkesan dan sesuai dengan cerminan tokoh itu sendiri," ucap Didik 

Nah, bagaimana menjadi penari yang profesional itu? Menurut Didik, harus memiliki pembekalan materi dan pengetahuan yang bagus. “Artinya materi tarian apa yang akan dipelajari. Misalkan tarian ritual, Hindu atau tarian India harus membutuhkan proses waktu belajar sampai khatam, giat berlatih dan pengalaman yang matang," terang pria alumnus Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Yogyakarta itu.

Disinggung terkait apakah setiap tarian ada ritual khusus, Didik menerangkan ada ritual khusus seperti membawakan tarian ritual tradisi Hindu dipersembahkan untuk dewa. "Memang ada ritual khusus terutama tarian tertentu yang bersifat ritual tradisi budaya, ketika saya belajar tari India yang ditujukan kepada para dewa-dewa. Sifat ritual tarian itu juga berbeda dengan sifat tarian yang dipersembahkan manusia maupun dengan tuhan," tutur pria 63 tahun tersebut.

Dalam hal ini, Didik berpesan kepada peserta tari cipta khas Gunung Kawi setiap perlombaan yang diiikuti harus ada niatan untuk kalah. "Kita ikut lomba niatnya untuk kalah. Kenapa? Unttuk memacu semangat belajar dan terus belajar tari. Kalau pun menang, kita tidak boleh sombong juga," harap seniman yang terkenal dengan tarian topeng dua karakter itu.

Baca Juga : Viral Surat Stafsus Jokowi untuk Camat, Dicoreti Bak Skripsi hingga Berujung Minta Maaf

Acara Gumebyar Pesona Gunung Kawi dan Gebyar Satu Suro ini dalam rangka memperingati satu suro wafatnya Eyang Djugo ke-151 dan haul ke-146 RM Imam Sudjono. (*)


Topik

Peristiwa acara-sarasehan-Gumebyar-Pesona-Gunung-Kawi Desa-Wonosari berbagi-ilmu-kesenian


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Imam Syafii

Editor

Lazuardi Firdaus