MALANGTIMES – Maestro Penari Indonesia, Didik Nini Thowok turut hadir memeriahkan Gumebyar Pesona Gunungkawi 2017, dengan membawakan Tarian Pancasari, Selasa (19/9/2017) .
Event tahunan yang digelar Pemerintah Kabupaten Malang melalui leading sector Dinas Pariwisata dan Kabupaten ini berlangsung di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari mulai (19-21/9/2017).
Didik Nini Thowok menampilkan performa terbaiknya di hadapan Istri Bupati Malang, Jajuk Sulistyowati, Wakil Bupati Malang, Sanusi seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Malang, masyarakat Desa Wonosari, dan wisatawan yang hadir.
Penampilannya mampu mengundang gelak tawa para tamu undangan, pasalnya Didik menampilkan beragam karakter tarian topeng.
Dengan diiringi lantunan lagu khas tradisional, gerakan anggota tubuh Didik nampak gemulai dan sangat menjiwai karakter tari yang dibawakannya.
Didik tampak menjiwai Tarian Pancasari yang memiliki arti untuk menyatukan keberagaman, agama, adat, dan budaya. Ia mengatakan acara Gumebyar Pesona Gunungkawi 2017 ini dirinya membawakan tarian yang mengandung makna kebersamaan menjalin persatuan dan kesatuan bangsa.
“Tadi, saya perform membawakan Tari Pancasari yang memiliki arti lima elemen yang kuat dalam menjaga keberagaman budaya,” kata Didik saat ditemui MalangTIMES usai melakukan perform sembari berjalan menuju kendaraannya.
Disinggung kenapa dirinya mengambil tema Tari Pancasari? Menurutnya tarian itu mengandung makna yang sangat besar sekali dalam menjaga warisan budaya. Dia menerangkan bahwa Indonesia memiliki keberagaman budaya yang masuk sangat banyak, diantaranya budaya dari Tionghoa, Islam, dan India.
“Saya melihat masyarakat di sini punya ciri khas jiwa toleransinya sangat kuat. Kenapa, karena di sini ada dua budaya religi yaitu Islam dan Tionghoa, namun masyarakat sekitar saling menjaga rasa kebersamaan itu,” terang pria pemilik nama Kwee Tjoen An tersebut.
“Saya sangat salut dengan warga di sini yang menjaga sikap tolerannya itu, ini yang patut menjadi contoh yang baik dalam menanamkan rasa kebersamaan keberagaman menjaga budaya,” lanjut pria kelahiran Temanggung Jawa Tengah itu.
Didik berpesan kepada masyarakat harus menjaga dan melestarikan kearifan budaya lokal, serta jangan sampai hilang tergerus perkembangan zaman.
“Saya pesan untuk menjaga budaya, masyarakat jangan mudah dikompori (diadu domba). Kita menoleh sejarah ke belakang Indonesia lama dijajah, karena masyarakatnya mudah diadu domba. Nah, di sini jangan sampai melakukan hal seperti itu,” ujar Didik dengan penuh harapan.
Disamping itu, rangkaian awal kegiatan Gumebyar Pesona Gunungkawi 2017 ini, juga ada perlombaan kuliner olahan ketela, pameran pasar tani dan produk UMKM Kabupaten Malang.