MALANGTIMES - Pembantu Rektor 3 Universitas Islam Malang (Unisma) Badat Muwakid mengungkapkan terkait tuntutan mahasiswa yang menganggap tidak dilibatkan dalam kegiatan Oshika Maba 2017 dan juga terkait transparansi, pihaknya mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah tanpa dasar yang jelas.
Pasalnya dalam kegiatan Oshika Maba, para mahasiswa yang berdemo ini meminta untuk dizinkan dalam melakukan penjualan buku ketika dalam pelaksanaan kegiatan Oshika Maba.
Baca Juga : Di Jalanan, Senyum-senyum Merekah Menerima Sembako Bantuan UIN Malang
"Rektor keberatan, karena apa, mahasiswa baru ini kan sudah dimintai SPP dan lain-lain yang nominalnya cukup besar, lha itu kan berat, kalau dimintai, dipaksa membeli buku kan kasihan. Mereka ngotot untuk melakukan itu, dan rupanya mereka ingin mengambil kesempatan untuk mengambil keuntungan pada kegiatan itu," jelasnya, Kamis (31/8/2017).
Ia menambahkan, pertimbangan ini juga melihat pelaksanaan-pelaksanaan tahun sebelumnya. Pada tahun lalu, mereka juga melakukan penjualan buku seharga Rp 25 ribu yang hasilnya dikatakan untuk operasional kegiatan-kegiatn kampus atau kemahasiswaan.
"Namun di lapangan nyatanya tidak bertanggung jawab. Bahkan juga ditemukan pemaksaan dalam penjualannya harganya dinaikan Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu," jelasnya saat diwawancarai MalangTIMES.
Lanjutnya, berangkat dari situ, maka pimpinan menetapkan semua pungutan dalam Oshika Maba ditiadakan. Para dekan sendiri sebenarnya juga sudah sepakat untuk meniadakan pungutan dalam Oshika Maba.
Baca Juga : WNA Asal Belanda Ditemukan Tak Bernyawa di Kamar Mandi
"Ini tidak mendidik para mahasiswa, masak kita mengajarkan moralitas tapi kok begitu. Sehingga semua pungutan di Oshika Maba ditiadakan. Kalau tetap diizinkan menjual buku, kesannya panitia Oshika Maba yang kesannya pemaksaan pembelian buku itu," paparnya.