Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Lapsus Carut Marut Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (5)

Ini Curhat Keluarga Tukang Parkir yang Anaknya Akhirnya Diterima di SMPN 12 Malang

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Redaksi

20 - Jul - 2017, 12:08

Kondisi rumah Bayu, anak tukang parkir yang videonya viral di Facebook karena ditolak masuk SMPN 12 Kota Malang (Foto : Anggara Sudiongko/MalangTIMES)
Kondisi rumah Bayu, anak tukang parkir yang videonya viral di Facebook karena ditolak masuk SMPN 12 Kota Malang (Foto : Anggara Sudiongko/MalangTIMES)

MALANGTIMES - Untuk menghadirkan fakta secara detail dan memperoleh cerita yang sebenarnya kepada pembaca setia MalangTIMES (JatimTIMES Network) akhirnya Kamis (19/7/2018) kami memutuskan berkunjung ke kediaman Rizky Agung Bayu Saputra, siswa yang di  videonya sedang menangis karena ditolak masuk SMPN 12 Kota Malang  dan viral di media sosial.

Mula-mula kami agak kesulitan mencari alamat rumah Bayu, begitu Rizky Agung Bayu Saputra biasa disapa.     

Baca Juga : Cerita Perih Pelanggan PDAM yang Terpaksa Rebutan Air dengan Tetangga

Kami harus masuk ke lorong sempit dan gang-gang bercabang dengan kondisi rumah-rumah penduduk saling berdempetan di kawasan Sukun,  Sidomulyo, RT 3, RW 7, Kelurahan Tanjungrejo,  Kota Malang.

Kami lalu bertanya ke beberapa warga sekitar. Namun sebagian  orang yang kami temui  ternyata tidak mengetahui kediaman keluarga Muhammad Saiful, ayah Bayu.

Namun, setelah kami menjelaskan bahwa pekerjaan ayah Bayu adalah seorang juru parkir, kami mulai mendapatkan petunjuk di mana kediaman Bayu.

Salah seorang warga menunjuk sebuah rumah pada gang kedua setelah jalan masuk ke kawasan itu. Rumah dengan urutan ketiga dari ujung gang memang diketahui oleh warga yang memberi tahu kami itu merupakan kediaman seorang tukang parkir.  Namun ia tidak kenal siapa nama pemilik rumah tersebut.

Saat kami mendatangi rumah tersebut tampak seorang nenek tua sedang bersih-bersih sambil menata perabot di depan rumah sembari menyapu.

Ketika kami tanya apakah benar rumah ini kediaman dari Bayu anak tukang parkir bernama Muhammad Saiful? nenek tersebut mengiyakan.

Dengan ramah nenek tersebut menanyakan maksud kedatangan kami yang langsung disambut oleh salah seorang kerabat keluarga lalu dipersilakan masuk.

Di dalam rumah berukuran cukup kecil tersebut,  tampak perabot  rumah saling berdempetan karena ruang yang sangat sempat. Lantai beralaskan karpet tanpa ada kursi.

Saat itu rumah dalam sepi.  Selang beberapa menit kemudian, seorang wanita setengah baya keluar menemui kami.  Ia ternyata adalah ibu dari Bayu bernama Sunarsih.

Sunarsih lalu bercerita seputar putranya yang sempat ditolak masuk ke SMPN 12 Malang padahal diumumkan bahwa anaknya diterima.

suasana gang masuk menuju rumah Bayu (Foto : Anggara Sudiongko/MalangTIMES)

Awalnya, ia mengaku sangat sedih dan terpukul. Betapa tidak, saat datang ke sekolah bersama ayahnya, untuk melakukan daftar ulang, tiba-tiba mendapat  pengumuman yang sangat mengejutkan.  Anaknya ditolak dengan alasan kuota bangku kosong  untuk siswa baru telah diisi  Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

"Padahal saat itu, Bapak  (suaminya, red) sudah bawa uang sebesar Rp 700 ribu untuk bayar seragam dan daftar ulang, tiba-tiba ditolak ya jadi down, dan sempat nangis," ungkapnya.

Waktu itu ia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa lebih-lebih setelah melihat semangat anaknya untuk belajar sangat tinggi namun tiba-tiba harus down lagi karena keputusan sekolah yang ia anggap tidak berpihak kepada masyarakat kecil.

Baca Juga : Sembunyikan Anggaran, Even Dikuasai Teman Dekat Kepala Disparbud Kabupaten Malang

"Saya sangat sedih mas, melihat anak saya awalnya ceria dan semangat sekali untuk sekolah, tiba-tiba jadi pendiam bahkan berkali-kali menangis,"  ujar  ibu dari keluarga yang tinggal di rumah berukuran kurang lebih 3 x4 meter  dengan enam orang anggota keluarga tersebut.

Bahkan, lanjut Sunarsih, pulang dari SMPN 12 usai menerima pengumuman bahwa tidak diterima, anaknya sempat tidak mau makan.  Bahkan, Bayu sempat menyampaikan tidak mau melanjutkan sekolah jika tidak diterima di sekolah tersebut.

"Pulang dari sekolah itu Bayu sempat nggak mau makan. Yang bikin saya sedih lagi ia nggak mau sekolah lagi. Padahal sebelumnya semangatnya sangat tinggi ingin belajar terus," jelasnya.

“Kami ini memang keluarga tidak mampu.  Pekerjaan suami saya hanyalah tukang parkir. Bapak juga kerjanya serabutan mas, jaga parkir itu hanya tiga hari, bergantian dengan kakaknya . Sementara, saya sendiri berjualan kecil-kecilan. Tapi meskipun kami rakyat masak salah kalau anak kami mendapat pendidikan yang layak,” bebernya.

Selain jaga parkir di salah satu toko di Kayu Tangan, suaminya juga bekerja sebagai sopir travel, namun hal itu juga tidak menentu, hanya sesekali aja ada order.

"Kadang ya disuruh jadi sopir travel ke Gresik atau Surabaya.  Nggak tentu juga.  Jaga lahan parkiran kan juga sebetulnya jatah kakaknya, namun suami saya diajak gantian sama dia,"jelasnya.

Muhammad Saiful, ayah Bayu lalu menambahkan hasil pekerjaannya sebagai tukang parkir sebenarnya tidak cukup namun menyekolahkan anak namun ia tetap optimis Tuhan pasti akan memberi jalan.  

"Ya kadang juga tak tentu mas penghasilannya jadi tukang parkir, tapi untuk anak sekolah akan selalu saya usahakan. Oleh karena itu, begitu lihat anak saya kemarin tidak diterima, saya sangat sedih.  Padahal anak saya keinginan dan semangatnya tinggi untuk belajar di SMPN 12 ini," jelas Saiful. Dia bersyukur anaknya akhirnya bisa diperjuangkan dan diterima di SMPN 12 Malang. 

Namun, Saiful dan Sunarsih berharap tidak ada diskriminasi terhadap Bayu di sekolah saat nanti pelajaran dimulai.

"Saya berharap nantinya Bayu nggak dibeda-bedakan dengan siswa lain. Jujur kami awalnya takut diberitakan MalangTIMES. Kami khawatir Bayu diperlakukan tidak baik oleh pihak sekolah karena sudah menceritakan persoalan ini,” ucapnya.

Namun sekarang kekhawatirannya itu ia yakini tidak akan terjadi.  Karena kalau sampai terjadi hal-hal yang dikhawatirkan pasti akan banyak orang yang kembali menyuarakan kebenaran dan berpihak kepada anak dan keluarganya.


Topik

Lapsus smpn-12-malang penerimaan-siswa-baru -kota-malang


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Malang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Redaksi