MALANGTIMES - Menjadi jujugan mahasiswa dari berbagai daerah tentu kebanggaan tersendiri bagi Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama).
Baca Juga : Belajar dari Rumah Lewat TVRI Mulai Hari Ini, Intip Jadwalnya Yuk!
Memiliki mahasiswa dengan berbagai karakter ini menuntut Unikama menerapkan pembelajaran berbasis multikultural yang saat ini terus dikembangkan.
Agar lebih memantapkan konsep kurikulum ini, Unikama pun mendatangkan Guru Besar dari Universitas Negeri Yogjakarta (UNY) Prof Dr Suminto A Sayuti.
Dia merupakan ahli dalam bidang multikulturalisme menginggat kampus UNY juga jadi jujugan mahasiswa dari seluruh Indonesia, Rabu (10/5/2017).
Dalam materinya, Suminto mengatakan bahwa pendidikan multikultural sangat cocok untuk mewujudkan kesetaraan dalam pendidikan.
"Dalam konsep pendidikan multikultural arah pendidikan yang mau dituju akan lebih jelas. Dosennya pun harus terbuka terhadap saran dari siapapun selama hal itu untuk kebaikan bersama," ungkapnya dalam Seminar Pengembangan Model Pembelajaran Muktikuktural di Auditorium Unikama, Rabu (10/5/2017)
Lanjutnya, Pendidikan Muktikuktural sendiri harus selalu dikembangkan proses pembelajarannya.Termasuk memanfaatkan kecanggihan teknologi ayang ada sehingga ruh pendidikan multikultural tetap sejalan dengan perkembangan zaman.
Baca Juga : Cegah Covid 19 Pada Lansia dan Anak-Anak, Pemkot Batu Akan Beri Tambahan Nutrisi
"Namun harus terus diimplementasikan, kuririkulum akan berhenti jika tidak diimplementasikan,"ungkapnya
Selain itu, Unikama juga diharapkan dapat membentuk mahasiswa agar menjadi makhluk yang melek-etnik dan melek kebinekaan yang dilahirkan oleh berbagai aspek kehidupan, seperti agama, suku, keturunan, dan sosial ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Universitas (LP2U) Drs.Choirul Huda MSi pendidikan multikultural sudah menjadi ciri khas di Unikama.
Hal senada disampaikan Rektor Unikama Dr Pieter Sahertian MSi mengungkapkan Unikama sudah menerapkan pendidikan multikultural sejak tahun 2006 yang telah diintegrasikan terhadap mata kuliah.
"Baik kegiatan akademik maupun non akademik kita integrasikan dengan pendidikan muktikultural. Nantinya kami akan buat pusat kuktur, kajian, penelitian agar lebih mengembangkan konsep pendidikan ini. Perencanaannya sudah lama namun sampai kini belum dibentuk karena masih dalam pemantapan konsep yang dalam pembuatannya melibatkan akademisi dan budayawan," ujar Pieter.