MALANGTIMES - Anak jalanan (anjal) tidak hanya sekadar ngamen di perempatan. Di antara mereka, banyak yang kini menjadi polisi cepek yang mengatur lalu lintas.
Menanggapi fenomena itu, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Malang mengaku tidak tinggal dia. Sekretaris Dinsos Pipih Tri Astuti menegaskan, pihaknya sudah melakukan upaya-upaya untuk menanggulangi hal itu dengan operasi-operasi atau razia rutin yang bekerja sama dengan UPT Liponsos Dinas Sosial Jatim.
Menurut Pipih, selama ini yang terjaring langsung dikirim ke Liponsos di Sidoarjo. Di sana diberi pelatihan, keterampilan, maupun perbaikan mental. "Mungkin uang yang didapat itu ada yang untuk mabuk, untuk main game. Dari mereka juga banyak yanng masih sekolah. Yang terjaring ya berbagai macam. Ada yang pengamen, ada yang polisi cepek," ujarnya.
Pelatihan tersebut memang terkadang ada yang tidak efektif karena memang mental dari para anjal sedikit susah diatur. Tapi pihak dinas sosial sendiri juga selalu melakukan home visit atau survei kembali atas hasil dari pelatihan yang diberikan kepada anjal tersebut
"Tapi ya karena lingkungan yang kadang berpengaruh dalam kembalinya mereka ke jalananan. Ya karena masalah sosial dari semua masyarakat. Partisipasi masyarakat juga diperlukan untuk membenahi mental mereka. Apalagi keluarga itu sangat penting," ungkapnya.
Ketika ditanya apakah ada angka penurunan terkait anjal, dinsos belum menjawab secara pasti. Namun, dinsos sudah banyak melakukan operasi.
Kendalanya, masih ada yang masuk lagi dari daerah lain seperti Pasuruan dan Surabaya. Namun dari data yang ditunjukkan pada tahun 2015, anjal sendiri berjumlah sekitar 86 orang, 32 perempuan dan 54 laki-laki.
"Polisi cepek atau pengamen ini, sebenarnya sudah selesai. Tapi ya terkadang muncul lagi. Itu bisa pendatang dari daerah lain," katanya. (*)