MALANGTIMES - Siapapun orangnya, asalkan normal, jika melihat kondisi Panti Asuhan Al Naba' Yayasan Insan Indonesia Bersatu (Yasibu) pasti akan terenyuh hatinya. Namun, ternyata ada sebagian orang yang tertutup hatinya.
Bukannya membantu, mereka malah mencuri barang-barang milik panti asuhan yang berlokasi di Jalan Babatan III RT 2/RW 3, Kelurahan Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang tersebut.
Baca Juga : Peduli Covid-19, Hawai Grup Sumbang Ratusan APD ke Pemkot Malang
Dengan gubuk yang tak berdinding, tentu akan sangat mudah bagi orang-orang yang berniat mencuri. Di gubuk yang berada di pinggir jurang Sungai Brantas tersebut, terdapat barang-barang yang cukup berguna bagi anak yatim. Ada kompor, tabung elpiji, magic com, panci, wajan, piring, gelas, dan beberapa alat masak serta alat makan.
Ya, di gubuk yang selama tiga tahun digunakan tempat tinggal tersebut, sejak awal 2016 dialihkan menjadi dapur sekaligus ruang makan. "Sudah tiga kali tabung elpiji di dapur kami dicuri orang. Ya mau gimana lagi, kondisinya memang seperti ini," ujar Manajer Operasional Panti Asuhan Al Naba' Yasibu Kota Malang Eka Prasetyandani.
Tak hanya tabung elpiji yang hilang dicuri, ayam kampung peliharaan anak-anak panti asuhan juga dicuri orang. "Ini dulu ada ayamnya, jadi hiburan dan peliharaan anak-anak, tapi kini sudah hilang," ucap Eka sambil menunjukkan kandang ayam yang letaknya bersebelahan dengan gubuk.
Tak hanya barang-barangnya yang dicuri, untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah, mereka pun juga harus membayar. Misalnya saat akan memasang saluran PDAM Kota Malang, pihaknya sempat dimintai uang Rp 40 juta.
Sebab, saat itu, sekitar Desember 2014, PDAM mengira bahwa tanah seluas 1.300 meter persegi di kawasan semak belukar pinggir jurang tersebut akan digunakan untuk perumahan. "Kami akhirnya minta bantuan warga dan diuruskan ke PDAM, akhirnya kami dikenai Rp 4,8 juta. Hanya saja, sambungannya sampai di depan panti. Untuk masuk ke pantinya, disambung dengan pipa," sambung dia.
Tak hanya dikenai biaya oleh PDAM Kota Malang, saat mengurus sambungan listrik ke PLN, panti juga dikenai biaya Rp 1,7 juta untuk 1.300 Watt. Biaya-biaya untuk mendapatkan pelayanan dari negara, tentu sangat memberatkan bagi panti asuhan yang mengasuh 20 anak yatim piatu dan duafa tersebut.
Baca Juga : Viral Surat Stafsus Jokowi untuk Camat, Dicoreti Bak Skripsi hingga Berujung Minta Maaf
Di sisi lain, hingga saat ini, Dinas Sosial Kota Malang atau Pemkot Malang di bawah kepemimpinan Wali Kota M. Anton belum memberikan bantuan sama sekali. Bantuan belum mengucur karena yang mendapatkan suntikan dana dari dinsos adalah panti asuhan yang minimal mempunyai 35 anak asuh.
Sebelumnya, terang Eka, sejak gubuk dibangun 2013, listrik maupun air menyambung dari rumah Pak Zaini, warga sekitar. "Pak Zaini tak mau dibayar, beliau sangat banyak membantu. Namun, kami yang sungkan sendiri, akhirnya kami mengurus saluran sendiri untuk listrik dan air. Uang tersebut tentunya didapat dari para donatur," lanjut pria bapak dua anak tersebut.
Pembaca JATIMTIMES dan MALANGTIMES yang terhormat, tulisan mengenai panti asuhan gubuk di Kota Malang ini akan dibuat beberapa seri. Tulisan ini sendiri merupakan seri yang ketiga. Ada banyak hal menarik yang akan kami ungkap lewat tulisan berseri ini.
Kami berharap, dengan adanya tulisan ini, akan banyak orang Malang, Jawa Timur, dan Indonesia peduli dan tak segan-segan mengulurkan tangan. Bagi yang ingin membantu, silakan datang ke kantor MALANGTIMES di Tlogomas Square Kav 26. Petugas dari MALANGTIMES, nantinya akan mengantar donatur langsung ke lokasi.(*)